Ada yang bilang, jangan khawatir mengkonsumsi obat herbal karena tidak akan ada efek samping. Jangan takut over dosis karena obat herbal itu aman. Tidak berbahaya jika konsumsi dalam jumlah banyak.
Ini merupakan pernyataan yang aneh. Jika obat herbal secara pasti aman meskipun dikonsumsi dalam jumlah sangat banyak, maka bagaimana mungkin ia bermanfaat untuk pengobatan. Contoh sederhana obat untuk darah rendah, jika konsumsi herbal diyakini dapat menaikkan tekanan darah hingga pada kondisi normal, ini menunjukkan bahwa obat herbal tersebut bermanfaat untuk menaikkan tekanan darah. Maka bagaimana mungkin obat itu tidak mendatangkan bahaya jika dikonsumsi berlebihan?
Teringat sebuah hadis:
عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ
Dari Sa’ad ia bertutur: Aku menderita sakit, kemudian Rasulullah ﷺ menjengukku. Beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya kamu sakit jantung. Temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang thabib. Dan hendaknya dia (Al-Harits bin Kalidah) mengambil tujuh buah kurma Ajwah Madinah, ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini memberi pelajaran bagi kita bahwa kita tidak boleh sembarangan berobat. Kita perlu bertanya kepada thabib (dokter) yang ahli di bidangnya sehingga dengan itu kita dapat mengetahui takaran, cara penggunaan dan waktu-waktu yang tepat. Zatnya sama, beda cara penggunaannya, akan berbeda manfaat maupun akibatnya. Bahan racikan yang sama, beda ukuran dan prosedurnya, dapat berbeda jauh kegunaan dan manfaatnya. Tidak terkecuali akibatnya.
Jangankan obat. Parfum saja beda komposisi bahkan dapat berbeda golongannya. Ada parfum yang disebut khaluq. Bahan utamanya za’faran dan diracik dengan beberapa bahan lain. Tetapi tidak setiap parfum yang di dalamnya terdapat za’faran dalam jumlah cukup banyak, dapat disebut khaluq. Misk An-Najdi misalnya. Bahan pentingnya adalah za’faran, misk, ambar dan ward (mawar). Tetapi ia tidak termasuk khaluq.
Berkenaan dengan dosis ini mengigatkan saya kepada za’faran alias saffron. Ukuran sedikit atau banyak untuk za’faran, berbeda dengan safflower —yang sering dikelirukan sebagai saffron— dan tentu saja jauh berbeda ukurannya dibandingkan beras atau gandum. Mempelai laki-laki Arab biasa disiapkan secangkir minuman dari za’faran. Tetapi suatu ketika urusan menyiapkan za’faran diserahkan kepada orang yang tidak memahami takaran. Ia pun memberikan sejumput, kira-kira ukuran satu gram, jumlah yang luar biasa banyak untuk za’faran, meskipun tampak sangat sedikit untuk ukuran gandum.
Apa yang terjadi? Mempelai laki-laki itu pun seperti orang yang kehilangan keseimbangan akal. Untunglah hanya seperti itu akibatnya, sebab konsumsi za’faran melebihi 0,5 gram sekali minum dapat menyebabkan seseorang pingsan atau lebih dari itu.
O ya, sekedar mengingatkan, thibbun nabawi itu tidak sama dengan herbal. Tampaknya sederhana, tetapi penting sekali untuk kita pahami. Terlebih ketika banyak bermunculan mutathabbib (الْمُتَطَبِّبَ). Siapakah mutathabbib itu? Seseorang yang seakan-akan memiliki penguasaan ilmu pengobatan yang sangat matang, padahal ia tidak memiliki pengetahuan minimal yang mencukupi.
Garasi Fauzil Adhim/telegram