Artikel: Menyikapi Para Pembajak Gagasan - Adakah hal lain yang bisa membuat Anda kesal melebihi kekesalan saat Anda mengetahui jika orang lain telah mengambil sesuatu yang menjadi hak Anda? Tentu Anda tidak diam saja saat mengetahui sepeda motor Anda yang hilang itu ternyata diambil oleh seseorang yang Anda kenal, misalnya. Hal itu tidak hanya berlaku untuk benda kasat mata. Di kantor, tidak mudah untuk menerima kenyataan teman Anda telah ‘membajak’ ide jenius Anda lalu mengklaimnya seolah itu miliknya sendiri. Orang itu mendapatkan semua kreditnya, sedangkan sebagai originator, Anda tidak mendapatkan apa-apa. Jika yang diambil orang lain itu barang atau benda fisik, Anda bisa mengambilnya lagi. Tapi, jika yang direnggut dari Anda adalah hasil pemikiran, gagasan, dan ide-ide cemerlang Anda; apa yang akan Anda lakukan?
Ada banyak orang yang kehilangan gairah ditempat kerjanya. Padahal, sebelumnya mereka adalah orang-orang pilihan yang mempunyai kapasitas dan pencapaian tinggi. Mengapa mereka berubah menjadi seperti lampu cempor yang nyaris kehabisan minyak? Ternyata salah satu penyebabnya adalah rasa kecewa karena hasil kerja kerasnya diklaim dan dinikmati oleh orang lain. Mereka kehilangan motivasi hingga tidak lagi berhasrat untuk menujukkan keunggulan dirinya. Bahkan, tak jarang yang akhirnya menjadi karyawan under-performed. Saya tidak akan mengajak Anda belajar bagaimana caranya ‘Berhenti Membajak Gagasan Orang Lain!’ karena Anda bukan orang tipe seperti itu. Tapi, boleh jadi Anda pernah atau berpeluang menjadi korban pembajakan yang dilakukan oleh orang lain. Maka penting untuk belajar menghadapi situasi seperti itu, agar tidak sampai berpengaruh buruk kepada kesehatan mental kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengatasi pembajakan gagasan
yang dilakukan oleh orang lain, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
1. Yakinlah jika pahala tidak pernah tertukar. Anda percaya Tuhan? Thank God. Iman adalah sistem akuntasi paling akurat atas semua investasi, biaya, dan rugi-laba yang kita lakukan seumur hidup. Setiap kinerja atau perilaku baik Anda di kantor – jika diniatkan dengan iman – dicatat dalam kolom ’Investasi’. Setiap perilaku buruk Anda, masuk ke kolom ’Biaya’. Sedangkan selisih antara perilaku baik dengan perilaku buruk akan menghasilkan laporan ’rugi-laba’ akhirat Anda. Maka mudah untuk mengetahui apakah Anda termasuk orang yang bangkrut? Atau yang untung? Tinggal introspeksi saja; apakah perilaku baik Anda lebih banyak dari perilaku buruk yang Anda lakukan? Dengan iman, Anda percaya bahwa gaji atau bonus bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan seorang profesional. Iman mengajarkan bahwa semua perbuatan memiliki perhitungannya. Maka logis jika pahala Anda tetap tecatat, meskipun orang lain berhasil membajak hasil kerja dan jerih payah Anda. Mungkin, Anda kehilangan kredit berupa pujiannya. Namun Anda tetap mendapatkan pahalanya. Mengapa? Karena pembukuan Tuhan tidak pernah keliru mencatatkan pahala dan dosa setiap hambanya. Di kantor? Dimana saja.
2. Tebarlah manfaat, bukan sibuk mencari nama. Telinga Anda panas mendengar orang seisi kantor memuja muji seseorang yang telah membajak gagasan Anda. Wajar jika Anda merasa demikian. Tetapi, jangan sampai terjebak dalam arena kecil bernama; ‘kontes popularitas’. Mengapa? Bagi orang-orang picik kontes itu hanya akan menyeretnya kepada sifat ‘melakukan segala cara’ untuk melambungkan namanya. Bagi orang hebat seperti Anda, kontes itu akan secara halus memprovokasi agar Anda menghabiskan waktu dan energy untuk menunjukkan bahwa nama Anda lebih berhak untuk disebut-sebut. Padahal, popularitas Anda hanya berguna didunia. Sedangkan yang Anda bawa pulang ke akhirat adalah semua manfaat yang sempat Anda berikan. Percayalah, jika Anda bisa memberi lebih banyak manfaat kepada orang lain, maka Anda tidak perlu membuktikan apapun kepada mereka. Jadi, mulai sekarang mari kita kurangi kegandrungan diri kita untuk mengibarkan bendera bertuliskan nama kita. Sebaliknya, kita sibukkan diri untuk menebar manfaat sebanyak-banyaknya. Jika dengan manfaat itu nama kita menjadi dikenal, Alhamdulillah. Jika tidak, ya Alhamdulillah juga. Kenapa? Karena dengan menjadi orang yang tidak dikenal itu, kita terbebas dari sifat riyya, alias mabuk pujian.
3. Berterimakasihlah kepada sang pembajak. Fakta bahwa para pembajak gagasan itu lebih mampu untuk ’menjualnya’ daripada Anda adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Mereka bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa Anda lakukan. Misalnya, mereka bisa meyakinkan managemen hingga menerima gagasan itu. Atau, mereka bisa ’menggembar-gemborkan’ gagasan itu hingga menjadi buah bibir. Atau, mereka mampu menampilkan gagasan itu sehingga semua orang mengetahuinya. Sementara Anda, mungkin hanya bisa membuatnya tanpa tahu bagaimana cara mempublikasikannya. Atau, mungkin Anda gemetaran saat berbicara didalam rapat dengan senior managemen. Sekarang, bagaimana kalau Anda jabat erat tangan orang itu lalu katakan;”Terimakasih Pak. Bapak telah membantu saya untuk menjadikan gagasan yang saya buat itu menjadi kenyataan.....” Lantas rasakanlah energi positif yang sekarang memenuhi setiap ruang sel-sel tubuh Anda. Bagaimana pun juga, orang itu telah menjadi jalan agar gagasan Anda diterima publik. Bisa diimplementasikan. Dan karenanya, bisa memberi manfaat kepada orang banyak. Bisa jadi, Anda tidak akan mampu mewujudkannya sendiri. Tetapi, orang yang kita vonis sebagai pembajak itu punya kemampuan yang tidak kita miliki. Maka, berterimakasihlah padanya.
4. Teruslah melahirkan karya-karya terbaik. Kebanyakan orang yang kecewa memutuskan untuk berhenti berkarya. Sakit hatinya karena seseorang telah dengan mudahnya memetik buah dari tanaman yang telah dirawatnya sejak masih berupa biji-bijian. Bagaikan petani yang menanam benih mangga, lalu merawatnya hingga berbuah, kemudian seseorang memetik buah itu dengan hati kaku sedingin es batu. Petani itu boleh berhenti menanam mangga. Tapi, dia juga boleh memilih untuk menanam pohon lebih banyak lagi. Baik jumlahnya, maupun jenisnya. Sekarang, dikebunnya terdapat sedemikian banyaknya. Jika sudah begitu, apakah perut sang pembajak masih sanggup menampung semuanya? Percayalah, membajak itu adalah perbuatan yang melelahkan. Baik secara fisik, apalagi secara mental. Mengapa? Karena para pembajak sibuk berperang melawan nasihat nuraninya sendiri. Jika Anda terus melahirkan karya-karya terbaik Anda, tak seorang pembajak pun yang sanggup mengimbanginya. Seperti petani itu. Jika dia menanam begitu banyak pohon mangga, dia tidak akan dipusingkan oleh buah yang hilang karena diambil oleh pembajak yang kekenyangan. Maka, teruslah melahirkan karya-karya terbaik Anda.
5. Perluaslah wilayah pergaulan Anda. Salah satu sebab mengapa para pembajak itu berhasil mengambil alih peran Anda, mungkin karena mereka memiliki wilayah pergaulan yang lebih luas dari Anda. Misalnya, dia lebih pandai berinteraksi dengan para pengambil keputusan. Anda hanya bisa ‘say hello’ dan tidak memiliki akses yang bermakna kesana. Bisa juga mereka memiliki komunitas potensial, sementara Anda masih berkutat dalam kubikal kecil dengan kapasitas dan otoritas terbatas. Jadi, jangan terlalu sakit hati jika mereka memiliki kekuatan yang lebih besar dari Anda. Ingatlah, gagasan brilian Anda itu tidak lebih dari sekedar produk. Dan, dalam era komunikasi seperti saat ini, yang akan menjadi pemenang bukanlah pembuat produk. Melainkan orang-orang yang paling mampu mempublikasikan atau menyosialisasikan produk itu. Misalnya, sepatu yang saat ini Anda kenakan. Anda kan tidak peduli pada pabrik yang membuatnya. Anda lebih ingat pada toko dimana Anda membelinya. Memangnya Anda mau mikirin siapa yang mendisain tas yang Anda pakai itu? Ya tidaklah. Anda hanya peduli pada brand-nya dan…. siapa orang yang bisa menjualnya dengan harga yang paling indah. Begitu juga dengan gagasan dan ide briliyan Anda di kantor. Belajarlah untuk masuk ke wilayah berotoritas lebih besar. Your idea is your brain product. Don’t just make it. Make people know that you are the originator. Caranya? Perluaslah wilayah pergaulan Anda.
Jika Anda merasa pernah diperlakukan secara tidak fair oleh orang-orang yang membajak gagasan Anda di kantor, maka tenang saja; Anda tidak sendirian. Apapun yang dilakukan oleh sang pembajak tidak akan banyak berpengaruh, jika Anda sendiri tidak membiarkannya mempengaruhi diri Anda. Bahkan, kita berkali-kali melihat orang-orang yang kehilangan kredibilitas pribadinya karena ketahuan telah membajak hasil karya orang lain. Professor yang dicopot gelar guru besarnya karena ketahuan menjiplak artikel orang lain. Doktor yang dicabut ijazahnya, karena terbukti mengklaim data penelitian ilmiah orang lain. Manager yang dibebas tugaskan karena kepergok menyerobot ide koleganya. Banyak. Sungguh, para pembajak itulah yang perlu dikasihani, bukan diri Anda. Mengapa? Karena sekali reputasinya jatuh, sangat sulit untuk memperbaikinya lagi. Sedangkan Anda? Sekali dibajak, masih sanggup melahirkan ribuan hasil karya terbaik lainnya. So, masih adakah rasa khawatir
hasil karya Anda dibajak dan diklaim oleh orang lain? Sudah tidak perlu begitu lagi. Jadi? Teruslah berkarya, ok.
Catatan Kaki:
Orang lain bisa saja berhasil mengambil apapun dari kepemilikan kita, tapi percayalah; mereka tidak akan mampu mengambil jatah pahala kita.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahalanya Anda dapat secara penuh.
Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.
ditulis oleh: Dadang Kadarusman